Thursday, January 13, 2011

Kerikil-Kerikil Tajam di Penulisan Skripsi Kami

Sebagai mahasiswa, pastilah ada semacam impian dari kita untuk bisa menyelesaikan pendidikan tepat waktu. Hal ini tak terkecuali pula bagi mahasiswa jurusan Sastra Inggris terutama mereka yang mengambil Kajian Amerika. Namun hal ini mungkin akan mendapat sedikit kerikil tajam bagi yang mengambil jalur skripsi. Mengapa demikian? Kita sebagai mahasiswa Kajian Amerika secara mayoritas lebih banyak yang mengambil film sebagai objek materi. Hal ini dinilai karena film merupakan objek yang relatif lebih mudah dibanding dengan bilaharus observasi secara langsung. Akan tetapi di jalur inilah kerikil-kerikil tajam itu berserakan.

Pertama, Saat harus memilih film sebagai objek, kita sering “diharuskan” untuk memasukkan unsur eksponensial yang notabene belum pernah kita sentuh sebelumnya. Mungkin untuk beberapa aspek seperti elemen naratif, kita tahu meski hanya sejengkal. Namun saat menginjak wilayah sinematografi kita harus memutar otak, memeras keringat, dan membanting tulang. Selama lebih dari tiga tahun saya bersama jurusan Sastra Inggris, belum pernah saya (dan mungkin teman-teman yang lain juga) masuk teritorial ini. Hal ini semakin diperparah dengan ketidaksesuaian format yang diberikan dari satu dosen dengan dosen lain yang mengampu mata kuliah persiapan skripsi. Ada yang menyatakan bahwa naratif digabung dengan sinematografi tapi ada juga yang menyatakan harus dipisah.

Kedua, setelah tidak tahu menahu tentang standar penulisan, kita dihadapkan dengan kurang adanya standar penilaian dari dosen pembimbing dengan dosen penilai skripsi. Untuk bagian ini, jujur saya tidak mau banyak berargumen karena saya belum mengalaminya. Akan tetapi beberapa teman di jurusan saya mengatakan bahwa beberapa dosen penilai kurang setuju dengan format penulisan yang ada terutama bagian eksponensial.

Ketiga, sempat saya mengobrol dengan beberapa kawan dari kajian Amerika juga yang ternyata juga merasakan apa yang saya rasakan. Kami merasa setelah sekian tahun kami mengambil konsentrasi Kajian Amerika, rasa-rasanya kami sangat dangkal dalam hal metodologi penulisan skripsi dan teori-teorinya. Masih ingat dalan ingatan saya ketika di sebuah kelas seorang dosen bertanya di kelas, “Kalian dapat apa di Theory of Culture?” Sekelas diam semua. “Di Culture Criticism?” Sekali lagi, sekelas diam semua. Kami pun merasakan imbasnya sekarang. Kami harus mencari-cari sendiri cara-cara penulisan skripsi untuk Kajian Amerika dan teori-teori yang digunakan. Untuk itu, sangat bisa dipahami ketika di kelas Pre-Thesis ada segelintir teman yang dengan fasih membahas istilah-istilah seperti poskolonialisme dan false-coonciousness, karena yang segelintir itu kebetulan bacaannya banyak atau mengambil mata kuliah lintas peminatan, sementara sisanya berbekal apa yang mereka pelajari selama bertahun-tahun di Kajian Amerika.

Dari apa yang saya utarakan di atas mungkin elemen yang harus diperbaiki di jurusan kita bukanlah elemen ekstrinsik, naratif, atau sinematografi. Ya, mungkin kita harus bekerja ekstra untuk mereparasi bagian tersebut terutama eksponensial. Akan tetapi ada sebuah elemen lain yang benar-benar harus dikaji ulang; sebuah elemen yang tidak hanya menyentuh permasalahan skripsi saja; elemen yang sering kita lupakan tapi besar manfaatnya. Elemen itu adalah Standarisasi. Standarisasi pengajaran. Standarisasi pembimbingan. Dan standarisasi penilaian. Agar ketika kita berproses mengerjakan skripsi, ada sebuah pegangan yang disepakati bersama, sehingga kita tidak perlu khawatir pegangan yang kita anggap benar disalahkan oleh penguji skripsi.


*Ditulis oleh seorang teman yang meminta identitasnya tidak disebutkan.

No comments:

Post a Comment