Wednesday, June 30, 2010

Susah Mencari Mahasiswa Aktif dan Kritis di Jurusan Saya!

Siang ini tadi (Rabu 30 Juni 2010) saya sedikit mengobrol dengan seorang dosen di kantor jurusan. Obrolan kami awalnya tentang program kunjungan lima minggu ke Amerika, berlanjut milist jurusan, dan hingga akhirnya sampai pada topik yang membuat saya sedikit terkejut. Beliau saat itu mengatakan bahwa beberapa mahasiswa yang pernah mengikuti program ke AS semacam mengalami penurunan performa di kelas. Ternyata beliau juga membicarakan masalah ini dengan dosen lainnya, yang juga memiliki pendapat yang sama. Saya pun menjadi semakin terkejut.

Menurut beliau, penurunan performa ini menyangkut antusiasme kami di kelas-kelas yang kami ikuti dengan mereka. Beliau menjelaskan bahwa kami terkesan lebih pasif dan diam, tidak seperti dulu yang selalu aktif bertanya dan memberikan pendapat. Atmosfir kelas pun menjadi berubah; semangat untuk maju dalam dunia akademis menjadi sangat berkurang. Hal ini mengingatkan saya pada pernyataan beliau saat membatalkan sebuah kelas, "Lha mahasiswanya diajak aktif pada gak mau. Saya malas jadinya." Saya mafhum dengan pendapat beliau. Namun, secara umum tampaknya ada sesuatu yang belum mereka pahami, kata saya dalam hati saat itu.

Menanggapi hal ini, saya jelaskan bahwa penurunan performa tersebut memang disengaja. Ya disengaja. Sebenarnya, ingin rasanya kami selalu aktif dalam diskusi-diskusi dan presentasi-presentasi di kelas. Kami meyakini bahwa diskusi-diskusi yang interaktif di kelas tidak hanya memperdalam pemahaman kita namun juga memperluas wacana kita tentang mata kuliah yang diikuti. Namun, saat kami sering aktif bertanya dan memberikan pendapat, ada sekelumit hal yang menjadi pikiran kami.

Sering kami mendengar cerita-cerita tentang mahasiswa yang aktif di kelas, namun teman-temannya mencibirnya sambil berkata, "Ini lagi-ini lagi." Atau tentang mahasiswa yang sebenarnya ingin mengasah keterampilannya dalam berbahasa Inggris yang harus menghadapi komentar pedas seperti,"Sok-sokan banget sih? Tau yang bahasa Inggrisnya bagus." Rasa-rasanya kurang ada apresiasi dan dukungan terhadap mahasiswa yang ingin maju. Yang ada adalah cibiran-cibiran dan komentar-komentar yang menyakitkan. Kami berpikir, jangan-jangan di balik keaktifan kami, ada mahasiswa yang berlaku seperti itu tanpa sepengetahuan kami.

Selain itu, alasan kami diam adalah untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa lain untuk menyampaikan pendapat. Saya teringat pada status dosen yang mengobrol dengan saya yang menyinggung masalah kurang aktifnya mahasiswa di kelas. Saat itu, saya mengomentari,"Bapak apa gak bosen kalo yang ngomong itu-itu aja?" Beliau membalas,"Ya bosen sie. Lha yang aktif cm bs dihitung dengan jari." Agar dosen yang bersangkutan dan mahasiswa lain tidak bosan, kami akhirnya memang memilih diam, dengan harapan ada mahasiswa lain yang akhirnya menyampaikan pendapat. Beberapa mahasiswa memang kemudian menjadi aktif, namun kebanyakan tidak alias sama saja. Kami jadi sedikit sangsi dengan pilihan kami untuk diam. Apakah mereka peka dengan kami yang diam dan menahan diri untuk tidak bertanya? Saya tidak tahu. Apakah keputusan kami kontraprodukitf? Ya!

Rasa-rasanya, mahasiswa di jurusan saya memang belum terbiasa dengan atmosfir akademis di kelas dimana mahasiswa selalu aktif dan kritis sehingga proses KBM dapat berjalan dengan efektif dan produktif. Tengok saja, setiap kali ada presentasi, berapa orang yang bertanya atau menyampaikan pendapat? Kalaupun ada, paling ya itu-itu aja. Sejak saya masuk kuliah semester satu hingga sekarang duduk di semester enam kondisinya tidak berubah. Pertanyannya, mengapa bisa demikian?

Saya kadang merasa sedikit iri dengan atmosfir akademis yang ada di beberapa perguruan tinggi lain. Saat ada presentasi, mahasiswa selalu aktif dan presentasi pun menjadi sangat interaktif. Walhasil, pemahaman dan pengetahuan mahasiswa tentang materi yang disampaikan semakin bertambah. Sementara di jurusan saya, waduh...jangan tanya deh...Lha wong setiap kali ada yang mo presentasi ja, ada ja yang deketin saya trus bilang, "Mas, Mas, ntar jangan tanya ya." Saya pun mengakalinya dengan menuliskan beberapa pertanyaan lalu meminta mahasiswa yang kebetulan duduk di samping saya untuk menanyakannya, namun jarang ada yang mau. Secara umum aktivitas mahasiswa di kelas tidak jauh-jauh dari: masuk kelas, duduk, mendengarkan dosen berpidato/mahasiswa lain presentasi, kalo perlu nyatat ya nyatat, tanda tangan, selesai kelas keluar. Apakah pernah terlintas dalam pikiran mereka bahwa penjelasan dosen atau poin presentasi teman-teman mereka bisa saja salah? Kemudian kalo salah, apa benar kalo dibiarkan begitu saja tanpa dikoreksi? Atau mungkin ada penjelasan yang berbeda dengan apa yang mereka baca di buku lain ato di koran sehingga perlu diterangkan lebih lanjut? Sekali lagi, saya tidak tahu.

Pernyataan dosen tersebut membuat saya berpikir bahwa memang ada ekspektasi dari para dosen agar mahasiswa selalu aktif di kelas. Namun saya juga sadar bahwa ada hukum-hukum tidak tertulis dari para mahasiswa tentang bagiamana setiap anggota kelas harus bertindak dan berperilaku. Yang terjadi kemudian adalah ada semacam tarik ulur antara aspirasi pribadi untuk maju, hukum-hukum tidak tertulis dalam kehidupan sosial, dan ekspektasi dosen; dan saya (atau kami) harus bisa mencari titik keseimbangannya.

Memang susah kalo hidup di masyarakat yang kurang apresiatif terhadap orang-orang yang ingin maju. Dalam suatu forum yang saya ikuti, Anies Baswedan pernah menceritakan keluh kesah putra-putrinya, yang waktu di Amerika selalu mendapat support dari teman-teman dan lingkungan mereka, sementara di Indonesia kebalikannya. Saat itu beliau berkata pada mereka,"Nak, itulah Indonesia. Tapi kalian harus tetap maju." Yah, inilah Indonesia, ada orang ingin aktif dan maju, bukannya didukung namun malah disemati stigma-stigma negatif seperti pamer, sok-sokan, sombong, norak, dsb.

Kurang aktifnya dan kurang apresiatifnya mahasiswa di jurusan saya memang bukan barang baru. Hal ini pada akhirnya sangat tidak bagus untuk efektivitas dan produktivitas proses pembelajaran. Saya dan beberapa teman mahasiswa juga dosen pernah membahas masalah ini dan kami pun sependapat tentang titik keseimbangan antara aspirasi pribadi dan hukum tidak tertulis masyarakat. Namun, kondisi seperti ini tidak boleh dibiarkan terus terjadi. Dibutuhkan pembaharuan-pembaharuan untuk dapat membuat mahasiswa aktif dan kritis di kelas. Kalau tidak, 'kita yang sebenarnya bisa berlari, akan terus merangkak.' Kita, yang sebenarnya bisa terbang tinggi dengan mengembangkan segenap potensi kita, akan terus tertahan di bawah. Dan jika hal itu terus terjadi, akan sangat-sangat disayangkan dan saya tunggu anda untuk bersama-sama menyanyikan requiem untuk potensi-potensi kita tersebut.

No comments:

Post a Comment